Pantaskah Kita Mengaku Pejuang Al Qur:an


Bila lisan berucap asal-asalan.
Bila sikap tak lagi menyamankan.
Bila larangan tetap dilakukan.
Bila perintah sudah diabaikan.
Percakapan dengan teman sarat pergunjingan.
Pergaulan jauh dari adab kesopanan.
Campur baur menjadi kebiasaan.
Laki perempuan pun tak lagi mengenal batasan.
Norma sudah diterjang untuk mengikuti keinginan.
Syariat ditinggalkan untuk sekedar keumuman.
Ikhtilath menjadi makanan keseharian.
Ini kenyataan yang seolah menjadi kewajaran.
Mana atsar dari bacaan yang telah dilantunkan?
Mana pengaruh nilai dari yang kita senandungkan?
Mana jiwa-jiwa yang telah tershibghah oleh nilai-nilai kebaikan?
Luntur.
Mundur.
Kendur.
Futur.
Kita akan ditanya kelak di akhirat nanti.
Dari apa yang telah kita baca dan hayati.
Kita akan berjumpa dengan hari perhitungan.
Sekecil apa pun akan diminta pertanggungjawaban.
Kita perlu waspada dengan fenomena yang terjadi.
Penurunan akhlak Qurani melanda generasi.
Semua sangat marak akhir-akhir ini.
Lantaran setan tak rela bila neraka tak berpenghuni.
Aidh al Qarni menyampaikan nasihatnya dalam kitab Laa Tahzan, pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan merupakan serangan yang mematikan bagi jiwa dan ancaman yang membahayakan keamanan dan kedamaian diri kita.
Pasalnya, melakukan hal itu berarti kita telah bergaul dengan setan-setan pembisik desas-desus, penebar kabar bohong, peramal bencana dan petaka. Dan itu, akan membuat kita mati tujuh kali sehari sebelum kita benar-benar mati.
Sumber : Kitab Laa Tahzan

Related Posts:

0 Response to "Pantaskah Kita Mengaku Pejuang Al Qur:an"

Post a Comment